Jangan-Bersedih1

Sahabat ku

Terimakasih kerana ' FOLLOW ' blogku ini, semoga Allah akan merahmati hidup kita semua...aamin yarabbal'alamin.

Kisah Jazan

Pada suatu ketika Abdullah bin Mas'ud (ra) melewati wilayah di bandarQufa. Di sana, terdapat sekelompok kaum yang sedang berkumpul mengadakan pesta. Mereka asyik meminum arak. Seorang penyanyi bernama Jazan adalah penghibur mereka. Jazan memiliki suara yang sangat merdu.

Apabila  Abdullah bin Mas'ud mendengar suaranya, ia berkatadengan takjub, "Sungguh merdu suaranya Betapa baiknya kalau dia menggunakan suara itu untuk melafazkan bacaan Al-Quran!." Setelah itu, Abdullah menutupi kepalanya dengan kain dan meninggalkan tempat itu. Ketika Jazan melihat Abdullah bin Mas'ud pergi, dia bertanya, "Siapakah  itu  dan apakah yang dia katakan?" Mereka pun berkata kepadanya, "Ia Abdullah bin Mas'ud, seorang sahabat Nabi Muhammad (saw) Dia mengatakan bahawa suara anda sangat indah dan merdu. Betapa indahnya jika anda menggunakan suara anda untuk membaca Al-Quran! "

Jazan terasa takut lalu dia membuang alat muzik itu dan berlari ke arah Abdullah bin Mas'ud. Apabila sesampainya  dia kepada Abdullah bin Mas'ud lalu dipeluknya Abdullah bin Mas'ud sambil menangis deras. Abdullah bin Mas'ud berkata kepadanya,"Mengapa saya harus tidak mencintai orang yang mencintai Allah?" Setelah itu, Jazan bertaubat kepada Allah dan tinggal disyarikat Abdullah bin Mas'ud untuk mempelajari ajaran Al-Quran dan Islam yang lain. Dia belajar dengan tekun sehinggalah ia menjadi salah satu ulama' besar di zamannya....wallahhu'alam




Pengajaran dari cerita;
Manafaatkanlah suara yang telah dianugerahkan oleh Allah SWT kepada kita dengan bacaan ayat suci Al-Quran, berbicara dengan baik sesama mukmin itu adalah lebih baik dan akan mendapat ganjaran yang hebat dari Allah SWT lalu bersyukurlah kepada-Nya. Janganlah kita persiakan suara kita kearah maksiat kerana mulut akan menjadi saksi akan segala percakapan kita diakhirat kelak, jika baik bicaramu maka syurga lah tempatmu, jika sebaliknya maka nerakalah tempatmu....

subhanallah.......

Sumber: Diambil dari buku "Tambihul Ghafileen" oleh Syaikh AbulLaith Samarkandi.

Enemy Becomes a Friend

In the sixth year after the hijrah, the Prophet, peace be upon him, decided to expand the scope of his mission. He sent eight letters to rulers in the Arabian peninsula and surrounding areas inviting them to Islam. One of these rulers was Thumamah ibn Uthal.

Thumamah was one of the most powerful Arab rulers in pre-Qur'anic times. This is not surprising since he was a chieftain of the Banu Hanifah and one of the rulers of al- Yamamah whose word no one dared to challenge or disobey.

When Thumamah received the Prophet's letter, he was consumed by anger and rejected it. He refused to listen to the invitation of Truth and goodness. More than that, he felt a strong desire to go and kill the Prophet and bury his mission with him.

Thumamah waited and waited for a convenient time to carry out his design against the Prophet until eventually forgetfulness caused him to lose interest. One of his uncles, however, reminded him of his plan, praising what he intended to do.

In the pursuit of his evil design against the Prophet, Thumamah met and killed a group of the Prophet's companions. The Prophet thereupon declared him a wanted man who could lawfully be killed on sight.

Not long afterwards, Thumamah decided to perform umrah. He wanted to perform tawaf around the Ka'bah and sacrifice to the idols there (The people of Makkah, before becoming Muslims, placed hundreds of idols in the Holy Ka'bah. These idols were later destroyed by the Prophet). So he left al-Yamamah for Makkah. As he was passing near Madinah, an incident took place which he had not anticipated.

Groups of Muslims were patrolling the districts of Madinah and outlying areas on the lookout for any strangers or anyone intent on causing trouble. One of these groups came upon Thumamah and apprehended him but they did not know who he was. They took him to Madinah and tied him to one of the columns in the mosque. They waited for the Prophet himself to question the man and decide what should be done with him.

When the Prophet was about to enter the mosque, he saw Thumamah and asked his companions, "Do you know whom you have taken?"

"No, messenger of God," they replied.

"This is Thumamah ibn Uthal al-Hanafi," he said. "You have done well in capturing him."

The Prophet then returned home to his family and said, "Get what food you can and send it to Thumamah ibn Uthal." He then ordered his camel to be milked for him. All this was done before he met Thumamah or had spoken to him.

The Prophet then approached Thumamah hoping to encourage him to become a Muslim. "What do you have to say for yourself" he asked.

"If you want to kill in reprisal," Thumamah replied, "you can have someone of noble blood to kill. If, out of your bounty, you want to forgive, I shall be grateful. If you want money in compensation, I shall give you whatever amount you ask."

The Prophet then left him for two days, but still personally sent him food and drink and milk from his camel. The Prophet went back to him and asked, "What do you have to say for yourself" Thumamah repeated what he had said the day before. The Prophet then left and came back to him the following day. "What do you have to say for yourself?" he asked again and Thumamah repeated what he had said once more. Then the Prophet turned to his companions and said, "Set him free."

Thumamah left the mosque of the Prophet and rode until he came to a palm grove on the outskirts of Madinah near al-Baqi' (a place of luxuriant vegetation which later became a cemetery for many of the Prophet's companions). He watered his camel and washed himself well. Then he turned back and made his way to the Prophet's mosque. There, he stood before a congregation of Muslims and said:

"I bear witness that there is no god but Allah and I bear witness that Muhammad is His servant and His messenger." He then went to the Prophet, upon whom be peace, and said:

"O Muhammad, by God, there was never on this earth a face more detestable than yours. Now, yours is the dearest face of all to me."

"I have killed some of your men," he continued, "I am at your mercy. What will you have done to me?"

"There is now no blame on you, Thumamah," replied the Prophet. "Becoming a Muslim obliterates past actions and marks a new beginning."

Source: "Companions of The Prophet", Vol.1, By: Abdul Wahid Hamid.


Pemotong pokok dan iblis




Ada seorang lelaki soleh di Bani Israel yang selalu sibuk menyembah Allah. Sekumpulan orang datang kepadanya dan mengatakan kepadanya bahawa suku kaum berhampiran menyembah pokok. Berita itu membuatkan dia marah , lalu dengan sebuah kapak di bahunya ia pergi untuk menebang pokok itu.Dalam perjalanan, dia bertemu Iblis yang menyerupai seorang tua dan bertanya kemana dia hendak pergi. Dia mengatakan dia hendak memotong sebatang pokok . Iblis berkata, "Kau tak perlu peduli dengan pokok ini, ada lebih baik kau fikirkan ibadah kau dan jangan melakukan demi sesuatu yang bukan perhatian kau." "Ini juga satu ibadah," balas lelaki tersebut.

Kemudian Iblis berusaha mencegah dia dari memotong pokok tersebut, dan berlaku pergaduhan antara keduanya, di mana lelaki tersebut dapat mengalahkan syaitan. Apabila dirinya benar-benar tak berdaya, Iblis memohon untuk dibebaskan, dan ketika lelaki tersebut melepaskannya, ia kembali berkata, "Allah belum mengutuskan pemotongan pokok ini wajib pada kau. Kau tidak akan kehilangan apapun jika kau tidak memotongnya. Jika Allah mahukan pokok ini dipotng, Allah bisa saja lakukan melalui salah satu dari sekian banyak nabi. " lelaki itu tetap berkeras hendak memotong pokok itu. Berlaku lagi perkelahian antara mereka berdua dan lelaki itu dapat mengalahkan syaitan. "Baiklah dengarkan," kata Iblis, "Aku mencadangkan suatu penyelesaian yang akan menguntungkan engkau." lelaki tersebut bersetuju, dan Iblis berkata, "Engkau adalah orang miskin, beban hanya di bumi ini. Jika engkau tinggalkan pokok ini, aku akan membayar tiga syiling emas kepada engkau setiap hari dan setiap hari kau akan menemui di bawah bantal tidur engkau .. Dan wang itu, kau boleh memenuhi segala keperluan engkau, boleh membantu yang memerlukan, dan melakukan banyak hal-hal soleh yang lain. 

Pemotongan pokok akhirnya bersetuju dan ia menerimanya. Ia menemukan wang itu dua hari berturut-turut, tetapi pada hari ketiga tiada apa-apa. Dia marah, lalu mengambil kapaknya dan pergi untuk memotong pokok tersebut. Iblis menyamar sebagai seorang tua bertemu lagi dengannya dan bertanya kepadanya kemana tujuan lelaki itu "Aku hendak memotong pokok," teriak lelaki tersebut. "Aku tidak akan membiarkan engkau melakukannya," kata Iblis. Perkelahian berlaku lagi antara mereka, tapi kali ini Iblis berada di atas angin dan mengalahkan lelaki tersebut. Lelaki itu terkejut akan kekalahan sendiri, dan bertanya penyebab kejayaan si Iblis.  Lalu Iblis menjawab, "Pada awalnya, kemarahan engkau  itu murni untuk mendapatkan kesenangan Allah, dan kerana itu Allah SWT membantu engkau untuk mengalahkan saya, tetapi sekarang setelah engkau marah demi syiling emas itu maka itulah sebabnya kekuatan engkau hilang."


Pengajaran;
" Janganlah kita bersikap tamak, sombong dan angkuh...sesungguhnya sesiapa yang bersikap begitu adalah sahabat syaitan laknatullah.......wallahu'alam


Sumber: Dari buku "Ihyaa-ul Ulum Ud Deen" oleh Imam Ghazali (ra).

Rasulullah SAW menangis apabila bercerita tentang neraka

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: “Api neraka telah dinyalakan selama seribu tahun sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga putih, kemudian dilanjutkan seribu tahun sehingga gelap bagaikan malam yang kelam.”

Diriwayatkan bahawa Yazid bin Martsad selalu menangis sehingga tidak pernah kering air matanya dan ketika ditanya, maka dijawabnya: Andaikata Allah s.w.t. mengancam akan memanjarakan aku didalam bilik mandi selama seribu tahun. nescaya sudah selayaknya air mataku tidak berhenti maka bagaimana sedang kini telah mengancam akan memasukkan aku dalam api neraka yang telah dinyalakan selama tiga ribu tahu.”

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari mujahid berkata: “Sesungguhnya dijahannam ada beberapa perigi berisi ular-ular sebesar leher unta dan kala sebesar kaldai, maka larilah orang-orang ahli neraka keular itu, maka bila tersentuh oleh bibirnya langsung terkelupas rambut, kulit dan kuku dan mereka tidak dapat selamat dari gigitan itu kecuali jika lari kedalam neraka.”

Abdullah bin Jubair meriwayatkan bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bahawa didalam neraka ada ular-ular sebesar leher unta, jika menggigit maka rasa redih bisanya tetap terasa hingga empat puluh tahun. Juga didalam neraka ada kala sebesar kaldai, jika menggigit maka akan terasa pedih bisanya selama empat puluh tahun.”

Al-a’masy dari Yasid bin Wahab dari Ibn Mas’ud berkata: “Sesungguhnya apimu ini sebahagian dari tujuh puluh bagian dari api neraka, dan andaikan tidak didinginkan dalam laut dua kali nescaya kamu tidak dapat mempergunakannya.”

Mujahid berkata: “Sesungguhnya apimu ini berlindung kepada Allah s.w.t. dari neraka jahannam.” Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seringan-ringan siksa ahli neraka iaitu seorang yang berkasutkan dari api nerka, dan dapat mendidihkan otaknya, seolah-olah ditelinganya ada api, dan giginya berapi dan dibibirnya ada wap api, dan keluar ususnya dari bawah kakinya, bahkan ia merasa bahawa dialah yang terberat siksanya dari semua ahli neraka, padahal ia sangat ringan siksanya dari semua ahli neraka.”

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abdullah bin Amr r.a. berkata: “Orang-orang neraka memanggil Malaikat Malik tetapi tidak dijawab selama empat puluh tahun, kemudian dijawabnya: “Bahawa kamu tetap tinggal dalam neraka.” Kemudian mereka berdoa (memanggil) Tuhan: “Ya Tuhan, keluarkanlah kami dari neraka ini, maka bila kami mengulangi perbuatan-perbuatan kami yang lalu itu bererti kami zalim.” Maka tidak dijawab selama umur dunia ini dua kali, kemudian dijawab: “Hina dinalah kamu didalam neraka dan jangan berkata-kata.”

Demi Allah setelah itu tidak ada yang dapat berkata-kata walau satu kalimah, sedang yang terdengar hanya nafas keluhan dan tangis rintihan yang suara mereka hampir menyamai suara himar (kaldai).

Qatadah berkata: “ًًWahai kaumku, apakah kamu merasa bahawa itu pasti akan terkena pada dirimu, atau kamu merasa akan kuat menghadapinya. Wahai kaumku, taatlah kepada Allah s.w.t. itu jauh lebih ringan bagi kamu kerana itu, taatilah sebab ahli neraka itu kelak akan mengeluh selama seribu tahun tetapi tidak berguna bagi mereka, lalu mereka berkata: “Dahulu ketika kami didunia, bila kami sabar lambat laun mendapat keringanan dan kelapangan, maka mereka lalu bersabar seribu tahun, dan tetap siksa mereka tidak diringankan sehingga mereka berkata: Ajazi’na am sobarna malana min mahish (Yang bermaksud) Apakah kami mengeluh atau sabar, tidak dapat mengelakkan siksa ini.Lalu minta hujan selama seribu tahun sangat haus dan panas neraka maka mereka berdoa selama seribu tahun, maka Allah s.w.t. berkata kepada Jibril: “Apakah yang mereka minta?”. Jawab Jibril: “Engkau lebih mengetahui, ya Allah, mereka minta hujan.” Maka nampak pada mereka awan merah sehingga mereka mengira akan turun hujan, maka dikirim kepada mereka jengking sebesar kaldai, yang menggigit mereka dan terasa pedih gigitan itu selama seribu tahun. Kemudian mereka minta kepada Allah s.w.t. selama seribu tahun untuk diturunkan hujan, maka nampak mereka awan yang hitam, mereka mengira bahawa itu akan hujan, tiba-tiba turun kepada mereka ular-ular sebesar leher unta, yang menggigit mereka dan gigitan itu terasa pedihnya hingga seribu tahun, dan inilah ertinya: Zidnahum adzaba fauqal adzabi. (Yang bermaksud) Kami tambahkan kepada mereka siksa diatas siksa.

Kerana mereka dahulu telah kafir, tidak percaya dan melanggar tuntutan Allah s.w.t., kerana itulah maka siapa yang ingin selamat dari siksaan Allah s.w.t. harus sabar sementara atas segala penderitaan dunia didalam mentaati perintah dan menjauhi larangan Allah s.w.t. dan menahan syahwat hawa nafsu sebab syurga neraka diliputi syahwat-syahwat.

Seorang pejungga berkata: “Dalam usia tua itu cukup pengalaman untuk mencegah orang yang tenang dari sifat kekanak-kanakan, apabila telah menyala api dirambutnya (beruban). Saya melihat seorang itu ingin hidup tenang bila dahan pohon telah menguning sesudah hijaunya. Jauhilah kawan yang busuk dan berhati-hatilah, jangan menghubunginya tetapi bila tidak dapat, maka ambil hati-hatinya, dan berkawanlah pada orang yang jujur tetapi jangan suka membantah padanya, engkau pasti akan disukai selma kau tidak membantah kepadanya. Berkawanlah dengan orang bangsawan dan yang berakhlak baik budinya.”

Maka sesiapa yang berbuat baik pada orang yang tidak berbudi bererti ia telah membuang budi itu kedalam laut. Dan Allah s.w.t. mempunyai syurga yang selebar langit tetapi diputi dengan kesukaran-kesukaran.

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah r.a. berkata: “Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Allah memanggil Malaikat Jibril dan menyuruhnya melihat syurga dengan segala persiapannya untuk ahlinya, maka ketika kembali berkata Jibril: Demi kemuliaanMu, tiada seorang yang mendengarnya melainkan ia akan masuk kedalamnya, maka diliputi dengan serba kesukaran, dan menyuruh Jibril kembali melihatnya, maka kembali melihatnya, kemudian ia berkata: Demi kemuliaanMu saya khuatir kalau-kalau tiada seorangpun yang masuk kedalamnya. Kemudian disuruh melihat neraka dan semua yang disediakan untuk ahlinya, maka kembali Jibril dan berkata: Demi kemuliaanMu tidak akan masuk kedalamnya orang yang telah mendengarnya, kemudian diliputi dengan kepuasan syahwatnya, dan diperintah supaya kembali melihatnya kemudian setelah dilihatnya kembali, berkatanya: Saya khuatir kalau tiada seorangpun melainkan akan masuk kedalamnya.”

Juga Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Kamu boleh menyebut tentang neraka sesukamu, maka tiada kamu menyebut sesuatu melainkan api neraka itu jauh lebih ngeri dan lebih keras daripadanya.”

Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Maimun bin Nahran berkata: “Ketika turun ayat (yang berbunyi) Wa inna jahannam lamau’iduhum ajma’in (yang bermaksud) Sesungguhnya neraka jahannam itu sebagai ancaman bagi semua mereka. Salman meletakkan tangan diatas kepalanya dan lari keluar selama tiga hari baru ditemuikannya.

Yazid Arraqqasyi dari Anas bin Malik r.a. berkata: “Jibril datang kepada Nabi Muhammad s.a.w pada saat yang tiada biasa datang, dalam keadaan yang berubah mukanya, maka ditanya oleh Nabi Muhammad s.a.w: “Mengapa aku melihat kau berubah muka?” Jawab Jibril: “Ya Muhammad, aku datang kepadamu pada saat dimana Allah menyuruh supaya dikobarkan api neraka, maka tidak layak bagi orang yang mengetahui  bahawa neraka jahannam itu benar, siksa kubur itu benar, siksa Allah itu terbesar untuk bersuka-suka sebelum ia merasa aman daripadanya.” Lalu Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Ya Jibril, jelaskan kepadaku sifat jahannam.” Jawabnya: “Ya, ketika Allah menjadikan jahannam maka dinyalakan selama seribu tahun sehingga merah, kemudian dilanjutkan seribu tahun hingga putih, kemudian seribu tahun sehingga hitam, maka ia hitam gelap, tidak pernah padam nyala dan baranya. Demi Allah yang mengutuskan engkau dengan hak, andaikan terbuka sebesar lubang jarum nescaya akan dapat membakar penduduk dunia semuanya kerana panasnya. Demi Allah yang mengutuskan engkau dengan hak, andaikan satu baju ahli neraka itu digantung diantara langit dan bumi nescaya akan mati penduduk bumi kerana panas dan baranya. Demi Allah yang mengutus engkau dengan hak, andaikan satu pergelangan dari rantai yang disebut Allah dalam Al-Quran itu diletakkan diatas bukit nescaya akan cair sampai kebawah bumi yang ketujuh. Demi Allah yang mengutusmu dengan hak, andaikan seorang dihujung barat tersiksa nescaya akan terbakar orang-orang yang dihujung timur kerana sangat panasnya, jahannam itu sangat dalam dan perhiasannya besi dan minumannya air panas campur nanah dan pakaiannya potongan api. Api neraka itu ada mempunyai tujuh pintu, tiap-tiap pintu ada bagian yang tertentu dari orang laki-laki dan perempuan.”

Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Apakah pintu-pintunya bagaikan pintu-pintu rumah-rumah kami?” Jawabnya: “Tidak, tetapi selalu terbuka, setangahnya dibawah dari lainnya, dari pintu ke pintu jarak perjalanan tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh ribu tahun, tiap pintu lebih panas dari yang lain tujuh puluh kali ganda, maka digiring kesana musuh-musuh Allah s.w.t. sehingga bila telah sampai kepintunya disambut oleh malaikat-malaikat Zabaniyah dengan rantai dan belenggu, maka rantai itu dimasukkan kedalam mulut mereka hingga tembus kepantat, dan diikat tangan kirinya kelehernya, sedang tangan kanannya dimasukkan dalam dada dan tembus kebahunya, dan tiap-tiap manusia itu digandeng dengan syaitannya lalu diseret tersungkur mukanya sambil dipukul oleh para malaikat dengan pukul besi, tiap mereka ingin keluar kerana sangat risau, maka ditanamkan kedalamnya.”

Nabi Muhammad s.a.w bertanya lagi: “Siapakah penduduk masing-masing pintu itu?” Jawabnya: “Pintu yang terbawah untuk orang-orang munafiq, orang-orang yang kafir setelah diturunkan hidangan mujizat Nabi Isa a.s. serta keluarga Firaun sedang namanya Alhawiyah. Pintu kedua tempat orang-orang musyrikin bernama Jahim, pintu ketiga tempat orang-orang shobi’in bernama Saqar. Pintu keempat tempat iblis laknatullah dan pengikutnya dari kaum Majusi bernama Ladha, pintu kelima orang yahudi bernama Huthomah. Pintu keenam tempat orang-orang kristien (Nasara) bernama Sa’ie.”

Kemudian Jibril diam segan pada Nabi Muhammad s.a.w sehingga Nabi Muhammad s.a.w bertanya: “Mengapa tidak kau terangkan penduduk pintu ketujuh?” Jawab Jibril: “Didalamnya orang-orang yang berdosa besar dari ummatmu yang sampai mati belum sempat bertaubat.” Maka Nabi Muhammad s.a.w jatuh pengsan ketika mendengar keterangan Jibril itu, sehingga Jibril meletakkan kepala Nabi Muhammad s.a.w dipangkuan Jibril sehingga sedar kembali, dan ketika sudah sedar Nabi Muhammad s.a.w bersabda: “Ya Jibril, sungguh besar kerisauanku dan sangat sedihku, apakah ada seorang dari ummatku yang akan masuk neraka?” Jawab Jibril: “Ya, iaitu orang yang berdosa besar dari ummatmu.”

Kemudian Nabi Muhammad s.a.w menangis, Jibril juga menangis, kemudian Nabi Muhammad s.a.w masuk kedalam rumahnya dan tidak keluar kecuali untuk sembahyang kemudian masuk kembali dan tidak berbicara dengan orang dan bila sembahyang selalu menangis dan minta kepada Allah s.w.t., dan pada hari ketiga datang Abu Bakar r.a. kerumah Nabi Muhammad s.a.w mengucapkan: “Assalamu’alaikum yang ahla baiti rahmah. apakah dapat bertemu kepada Nabi Muhammad s.a.w?” Maka tidak ada yang menjawabnya, sehingga ia menepi untuk menangis, kemudian Umar datang dan berkata: “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah, apakah dapat bertemu dengan Rasulullah s.a.w?” Dan ketika tidak mendapat jawapan dia pun menepi dan menangis, kemudian datang Salman Alfarisi dan berdiri dimuka pintu sambil mengucapkan: “Assalamu’alaikum ya ahla baiti rahmah, apakah dapat bertemu dengan Junjunganku Rasulullah s.a.w.?” Dan ketika tidak mendapat jawapan, dia menangis sehingga jatuh dan bangun, sehingga sampai kerumah Fatimah r.a. dan dimuka pintunya ia mengucapkan: “Assalamu’alaikum hai puteri Rasulullah s.a.w.“Kebetulan pada masa itu Ali r.a. tiada dirumah, lalu bertanya: “Hai puteri Rasulullah, sesungguhnya Rasulullah s.a.w. telah beberapa hari tidak keluar kecuali untuk sembahyang dan tidak berkata apa-apa kepada orang dan juga tidak mengizinkan orang-orang bertemu dengannya.” Maka segeralah Fatimah memakai baju yang panjang dan pergi sehingga apabila beliau sampai kedepan muka pintu rumah Rasulullah s.a.w. dan memberi salam sambil berkata: “Saya Fatimah, ya Rasulullah.” Sedang Rasulullah s.a.w. bersujud sambil menangis, lalu Rasulullah s.a.w. mengangkat kepalanya dan bertanya: “Mengapakah kesayanganku?” Apabila pintu dibuka maka masuklah Fatimah kedalam rumah Rasulullah s.a.w. dan ketika melihat Rasulullah s.a.w. menangislah ia kerana melihat Rasulullah s.a.w. pucat dan sembam muka kerana banyak menangis dan sangat sedih, lalu ia bertanya: “Ya Rasulullah, apakah yang menimpamu?” Jawab Rasulullah s.a.w.: “Jibril datang kepadaku dan menerangkan sifat-sifat neraka jahannam dan menerangkankan bahawa bahagian yang paling atas dari semua tingkat neraka jahannam itu adalah untuk umatku yang berbuat dosa-dosa besar, maka itulah yang menyebabkan aku menangis dan berduka cita.” Fatimah bertanya lagi: “Ya Rasulullah, bagaimana caranya masuk?” Jawab Rasulullah s.a.w.: “Diiring oleh Malaikat keneraka, tanpa dihitamkan muka juga tidak biru mata mereka dan tidak ditutup mulut mereka dan tidak digandingkan dengan syaitan, bahkan tidak dibelenggu atau dirantai.” Ditanya Fatimah lagi: “Lalu bagaimana cara Malaikat menuntun mereka?” Jawab Rasulullah s.a.w.: “Adapun kaum lelaki ditarik janggutnya sedangkan yang perempuan ditarik rambutnya, maka beberapa banyak dari orang-orang tua dari ummatku yang mengeluh ketika diseret keneraka: Alangkah tua dan lemahku, demikian juga yang muda mengeluh: Wahai kemudaanku dan bagus rupaku, sedang wanita mengeluh: Wahai alangkah maluku sehingga dibawa Malaikat Malik., dan ketika telah dilihat oleh Malaikat Malik lalu bertanya: “Siapakah mereka itu, maka tidak pernah saya dapatkan orang yang akan tersiksa seperti orang-orang ibi, muka mereka tidak hitam, matanya tidak biru, mulut mereka juga tidak tertutup dan tidak juga diikat bersama syaitannya, dan tidak dibelenggu atau dirantai leher mereka? Jawab Malaikat: “Demikianlah kami diperintahkan membawa orang-orang ini kepadamu sedemikian rupa.” Lalu ditanya oleh Malaikat Malik: “Siapakah wahai orang-orang yang celaka?”

Dalam lain riwayat dikatakan ketika mereka diiring oleh Malaikat Malik selalu memanggil: “Wa Muhammad.” tetapi setalh melihat muka Malaikat Malik lupa akan nama Rasulullah s.a.w. kerana hebatnya Malaikat Malik, lalu ditanya: “Siapakah kamu?” Jawab mereka: “Kami ummat yang dituruni Al-Quran dan kami telah puasa bulan Ramadhan.” Lalu Malaikat Malik berkata: “Al-Quran tidak diturunkan kecuali kepada ummat Rasulullah s.a.w..” Maka ketika itu mereka menjerit: “Kami ummat Nabi Muhammad s.a.w” Maka Malaikat Malik bertanya: “Tidakkah telah ada larangan dalam Al-Quran dari ma’siyat terhadap Allah subha nahu ta’ala.” Dan ketika berada ditepi neraka jahannam dan diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, mereka berkata: “Ya Malik, diizinkan saya akan menangis.” Maka diizinkan, lalu mereka menangis sampai habis airmata, kemudian menangis lagi dengan darah, sehingga Malaikat Malik berkata: “Alangkah baiknya menangis ini andaikata terjadi didunia kerana takut kepada Allah s.w.t., nescaya kamu tidak akan disentuh oleh api neraka pada hari ini, lalu Malaikat Malik berkata kepada Malaikat Zabaniyah: “Lemparkan mereka kedalam neraka.” dan bila telah dilempar mereka serentak menjerit: “La illaha illallah.” maka surutlah api neraka, Malaikat Malik berkata: “Hai api, sambarlah mereka.” Jawab api: “Bagaimana aku menyambar mereka, padahal mereka menyebut La illaha illallah.” Malaikat Malik berkata: “Demikianlah perintah Tuhan Rabbul arsy.” maka ditangkaplah mereka oleh api, ada yang hanya sampai tapak kaki, ada yang sampai kelutut, ada yang sampai kemuka. Malaikat Malik berkata: “jangan membakar muka mereka kerana kerana mereka telah lama sujud kepada Allah s.w.t., juga jangan membakar hati mereka kerana mereka telah haus pada bulan Ramadhan.” Maka tinggal dalam neraka beberapa lama sambil menyebut: “Ya Arhamar Rahimin, Ya Hannan, Ya Mannan.” Kemudian bila telah selesai hukuman mereka, maka Allah s.w.t.memanggil Jibril dan bertanya: “Ya Jibril, bagaimanakah keadaan orang-orang yang maksiat dari ummat Nabi Muhammad s.a.w?” Jawab Jibril: “Ya Tuhan, Engkau lebih mengetahui.” Lalu diperintahkan: “Pergilah kau lihatkan keadaan mereka.” Maka pergilah Jibril a.s. kepada Malaikat Malik yang sedang duduk diatas mimbar ditengah-tengah jahannam. Ketika Malaikat Malik melihat Jibril segera ia bangun hormat dan berkata: “Ya Jibril, mengapakah kau datang kesini?” Jawab Jibril: “Bagaimanakah keadaan rombongan yang maksit dari ummat Rasulullah s.a.w.?” Jawab Malaikat Malik: “Sungguh ngeri keadaan mereka dan sempit tempat mereka, mereka telah terbakar badan dan daging mereka kecuali muka dan hati mereka masih berkilauan iman.”Jibril berkata: “Bukalah tutup mereka supaya saya dapat melhat mereka.” Maka Malaikat Malik menyuruh Malaikat Zabaniyah membuka tutup mereka dan ketika mereka melihat Jibril mereka mengerti bahawa ini bukan Malaikat yang menyiksa manusia, lalu mereka bertanya: “Siapakah hamba yang sangat bagus rupanya itu?” Jawab Malaikat Malik: “Itu Jibril yang biasa membawa wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w.” Ketika mereka mendengar nama Nabi Muhammad s.a.w. maka serentaklah mereka menjerit: “Ya Jibril, sampaikan salam kami kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan beritakan bahawa maksiat kamilah yang memisahkan kami dengannya serta sampaikan keadaan kami kepadanya.” Maka kembalilah Jibril menghadap kepada Allah s.w.t. lalu ditanya: “Bagaimana kamu melihat ummat Muhammad?” Jawab Jilril: “Ya Tuhan, alangkah jeleknya keadaan mereka dan sempit tempat mereka.” Lalu Allah s.w.t. bertanya lagi: “Apakah mereka minta apa-apa kepadamu?” Jawab Jibril: “Ya, mereka minta disampaikan salam mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan diberitakan kepadanya keadaan mereka.” Maka Allah s.w.t. menyuruh Jibril menyampaikan semua pesanan itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang tinggal dalam khemah dari permata yang putih, mempunyai empat ribu buah pintu dan tiap-tiap pintu terdapat dua daun pintu dari emas, maka berkata Jibril: Ya Muhammad, saya datang kepadamu dari rombongan orang-orang yang derhaka dari ummatmu yang masih tersiksa dalam neraka, mereka menyampaikan salam kepadamu dan mengeluh bahawa keadaan mereka sangat jelek dan sangat sempit tempat mereka.” Maka pergilah Nabi Muhammad s.a.w. kebawah arsy dan bersujud dan memuji Allah s.w.t. dengan ucapan yang tidak pernah diucapkan oleh seorang makhlukpun sehingga Allah s.w.t. menyuruh Nabi Muhammad s.a.w.: “Angkatlah kepalamu dan mintalah nescaya akan diberikan, dan ajukan syafa’atmu pasti akan diterima.” Maka Nabi Muhammad s.a.w. berkata: “Ya Tuhan, orang-orang yang durhaka dari ummatku telah terlaksana pada mereka hukumMu dan balasanMu, maka terimalah syafa’atku.” Allah s.w.t. berfirman: “Aku terima syafa’atmu terhadap mereka, maka pergilah keneraka dan keluarkan daripadanya orang yang pernah mengucap Laa ilaha illallah.” Maka pergilah Nabi Muhammad s.a.w. keneraka dan ketika dilihat oleh Malaiakt Malik, maka segera ia bangkit hormat lalu ditanya: “Hai Malik, bagaimanakah keadaan ummatku yang durhaka?” Jawab Malaikat Malik: “Alangkah jeleknya keadaan mereka dan sempit tempat mereka.” Maka diperintahkan membuka pintu dan angkat tutupnya, maka apabila orang-orang didalam neraka itu melihat Nabi Muhammad s.a.w. maka mereka menjerit serentak: “Ya Nabi Muhammad s.a.w., api neraka telah membakar kulit kami.” Maka dikeluarkan semuanya berupa arang, lalu dibawa mereka kesungai dimuka pintu syurga yang bernama Nahrulhayawan, dan disana mereka mandi kemudian keluar sebagai orang muda yang gagah, elok, cerah matanya sedangkan wajah mereka bagaikan bulan dan tertulis didahi mereka Aljahanamiyun atau orang-orang jahannam yang telah dibebaskan oleh Allah s.w.t.. Dari neraka kemudiannya mereka masuk kesyurga, maka apabila orang-orang neraka itu melihat kaum muslimin telah dilepaskan dari neraka, mereka berkata: “Aduh, sekiranya kami dahulu Islam tentu kami dapat keluar dari neraka.”

Allah s.w.t. berfirman: “Rubama yawaddul ladzina kafaruu lau kanu muslimin.” (Yang bermaksud) “Pada suatu saat kelak orang-orang kafir ingin andaikan mereka menjadi orang Muslim.”

Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Pada hari kiamat kelak akan didatangkan maut itu berupa kambing kibas putih hitam, lalu dipanggil orang-orang syurga dan ditanya: “Apakah kenal manut?” Maka mereka melihat dan mengenalnya, demikian pula ahli neraka ditanya: “Apakah kenal maut?” Mereka melihat dan mengenalnya, kemudian kambing itu disembelih diantara syurga dan neraka, lalu diberitahu: “Hai ahli syurga kini kekal tanpa mati, hai ahli neraka kini kekal tanpa mati.” Demikianlah ayat: Wa andzirhum yaumal hasrati idz qudhiyal amru (Yang bermaksud) Peringatkanlah mereka akan hari kemenyesalan ketika maut telah dihapuskan.”

Abu Hurairah r.a. berkata: “Janganlah gembira seorang yang lacur dengan suatu nikmat kerana dibelakangnya ada yang mengejarnya iaitu jahannam, tiap-tiap berkurang ditambah pula nyalanya.”

( Sedutan daripada Kitab Tanbihul Ghafilin )

Pesan Dan Nasihat Nabi Muhammad SAW Kepada Putri Baginda

Banyak kisah-kisah keteladanan yang wajib kita contoh dan terapkan dari Rasulullah-Nabi Muhammad SAW bagi seluruh umat manusia,khususnya umat muslim.Berikut ini beberapa nasihat Rasulullah SAW untuk putrinda kesayangannya,Fatimah az-Zahra.Dari nasihat tersebut terungkap konsep kebahagiaan rumah tangga.


Suatu hari Rasulullah SAW menyempatkan diri berkunjung ke rumah Fatimah az-Zahra.Setiba dirumah putri kesayangannya itu,Rasulullah SAW berucap salam kemudian masuk.Ketika itu didapatinya Fatimah tengah menangis sambil menggiling syair (sejenis gandum) dengan penggilingan tangan dari batu.Seketika itu Rasulullah SAW bertanya,”Duhai Fatimah,apa gerangan yang membuat engkau menangis?.Semoga Allah tidak menyebabkan air matamu berderai.”
Jawab Fatimah,”Wahai Rasulullah…penggilingan dan urusan rumah tangga inilah yang menyebabkan ananda menangis.”
Lalu duduklah Rasulullah SAW disisi Fatimah.Kemudian Fatimah melanjutkan,”Duhai Ayahanda,sudikah kiranya Ayah minta kepada Ali,suamiku,mencarikan seorang jariah (hamba perempuan) untuk membantu ananda menggiling gandum dan mengerjakan pekerjaan rumah?”.
Maka bangkitlah Rasulullah SAW mendekati penggilingan itu.Dengan tangannya,beliau mengambil sejumput gandum lalu diletakkannya dipenggilingan tangan seraya membaca Basmalah.Ajaib..!!,dengan ijin Allah penggilinan tersebut berputar sendiri.
Sementara penggilingan itu berputar,Rasulullah SAW bertasbih kepada Allah SWT dalam berbagai bahasa,sehingga habislah bulir-bulir gandum itu tergiling.”Berhentilah berputar atas izin Allah SWT,” maka penggilingan itupun berhenti berputar.Lalu dengan izin Allah,penggilingan itu berkata-kata dalam bahasa manusia.
“Ya Rasulullah SAW..,demi Allah yang telah menjadikan Tuan kebenaran sebagai Nabi dan Rasul-Nya.Kalaulah Tuan menyuruh hamba menggiling gandum dari timur hingga barat pun niscaya hamba akan gilingkan semuanya.Sesungguhnya hamba telah mendengar dalam kitab Allah SWT,‘Hai orang-orang yang beriman,peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya (dari) manusia dan batu.Penjaganya para malaikat yang kasar lagi keras,yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang dititahkan-Nya dan mereka mengerjakan apa yang dititahkan’.Maka hamba takut ya Rasulullah…kelak hamba menjadi batu dalam neraka.”
Dan bersabdalah Rasulullah SAW,”Bergembiralah,karena engkau adalah salah satu dari batu mahligai Fatimah az-Zahra didalam surga”.Maka bergembiralah penggilingan batu itu,kemudian diamlah ia.Lalu Rasulullah SAW bersabda kepada Fatimah,”Jika Allah SWT menghendaki,niscaya penggilingan itu berputar dengan sendirinya untukmu.Tapi Allah menghendaki dituliskan-Nya untukmu beberapa kebaikan dan dihapuskan oleh-Nya beberapa kesalahanmu,dan diangkat-Nya beberapa derajat untukmu.Wanita yang menggiling tepung untuk suami dan anak-anaknya,Allah SWT menuliskan setiap biji gandum yang digilingnya suatu kebaikan dan mengangkatnya satu derajat”.

Lalu Rasulullah meneruskan nasihatnya,“Wahai Fatimah,wanita yang berkeringat ketika menggiling gandum untuk suaminya..,Allah menjadikan antara dirinya dan neraka tujuh parit.Wanita yang meminyaki dan menyisir rambut anak-anaknya serta mencuci pakaian mereka..,Allah mencatat pahala seperti orang yang memberi makan seribu orang lapar dan memberi pakaian seribu orang telanjang.Sedangkan wanita yang menghalangi hajat tetangga-tetangganya..,Allah akan menghalanginya dari meminum air telaga Kautsar dihari kiamat”.
Rasulullah SAW masih meneruskan,“Wahai Fatimah,yang lebih utama dari semua itu adalah keridaan suami terhadap istrinya.Jika suamimu tidak rida,aku tidaklah mendoakan kamu.Tidaklah engkau ketahui,rida suami adalah rida Allah SWT,dan kemarahan suami adalah kemarahan Allah SWT?”.
“Apabila seorang wanita mengandung janin,beristighfarlah para malaikat,dan Allah mencatat tiap hari seribu kebaikan dan menghapus seribu kejahatan.Apabila ia mulai sakit hendak melahirkan..,Allah mencatat pahala seperti orang-orang yg berjihad.Apabila ia melahirkan,keluarlah ia dari dosa-dosanya seperti keadaan saat ibunya melahirkannya.Apabila ia meninggal,tiadalah ia meninggalkan dunia ini dalam keadaan berdosa sedikitpun.Kelak akan didapati kuburnya sebagai taman dari taman-taman surga,dan Allah mengaruniakan pahala seribu haji dan seribu umroh.Dan beristighfarlah seribu malaikat sampai hari kiamat “.
“Wahai Fatimah,wanita yg melayani suaminya dalam sehari semalam dengan baik hati dan ikhlas serta niat yang benar..,Allah SWT menghapuskan dosa-dosanya.Dan Allah SWT akan mengenakannya seperangkat pakaian hijau,dan dicatatkan untuknya dari setiap helai bulu dan rambut ditubuhnya seribu kebaikan.Wanita yang tersenyum dihadapan suaminya,Allah SWT akan memandangnya dengan pandangan rahmat”.

“Wahai Fatimah,wanita yang menghamparkan alas untuk berbaring,atau menata rumah untuk suaminya dengan baik hati..,berserulah para malaikat untuknya,”Teruskanlah amalmu,maka Allah SWT telah mengampunimu dari dosa yang lalu dan yang akan datang.”

“Wahai Fatimah,wanita yang mengoleskan minyak pada rambut dan jenggot suaminya,serta rela memotong kumis dan menggunting kuku suaminya,Allah SWT memberinya minuman dari sungai-sungai surga.Allah SWT meringankan sakaratul mautnya,dan kuburnya akan menjadi taman-taman disurga.Allah SWT akan menyelamatkan dari api neraka,selamat dari titian sirathalmustakim”.

Wallahhu'alam........ 

Dosa Tinggal Solat Lebih Besar Daripada Zina

Assalammualaikum wbt.
Syukur alhamdulillah, hari ini aku ingin berkongsi bersama kalian sebuah cerita menarik yang penuh dengan pengajaran dan peringatan buat kita semua "Ya Kekasih Allah". Cerita ini dikutip daripada buku 30 kisah teladan-KH Abdurrahman Arroiys dan dikongsikan bersama rakan-rakan blog yang lain, dan sudah pasti ramai yang telah membaca kisah ini namun apa yang pentingnya cerita ini memberi pengajaran dan peringatan buat diriku dan kita semua dalam mencari keredhaan Allah SWT. .....meskipun diulang cerita beribu kali ianya amat bermanafaat dan tidak membosankan. ( Sebagaimana kita membaca Al-Quran...adakah pernah kita bosan?..sedangkan didalamnya penuh dengan peringatan dan pengajaran dari Allah SWT buat umat manusia akhir zaman )...


Ceritanya;

Pada satu senja yang lengang, kelihatan seorang wanita berjalan dalam keadaan terhuyung-hayang. Pakaiannya yang serba hitam menunjukkan dia dicengkam kesedihan manakala kerudungnya menutup rapat hampir seluruh wajahnya.

Walaupun tidak bersolek atau memakai perhiasan lain di tubuhnya, kulitnya yang bersih, memiliki tubuh yang ramping dan rona wajah yang ayu, tetap tidak dapat menghapuskan kepedihan yang sedang membelenggu hidupnya.

Dia melangkah perlahan-lahan mendekati rumah Nabi Musa a.s. Diketuknya pintu perlahan-lahan sambil mengucapkan salam. Apabila terdengar ucapan ‘silakan masuk’ dari dalam, wanita cantik itu melangkah masuk sambil kepalanya terus tertunduk.

Air matanya berderai ketika dia berkata: “Wahai Nabi Allah, tolonglah saya, doakan saya supaya Tuhan berkenan mengampunkan dosa keji saya,” “Apakah dosamu wahai wanita ayu?” tanya Nabi Musa a.s. terkejut. “Saya takut mengatakannya,” jawab wanita cantik itu. “Katakanlah, jangan ragu-ragu,” desak Nabi Musa


Lalu wanita itu memulakan cerita, “Saya….telah berzina.” Kepala Nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. Perempuan itu meneruskan, “Dari penzinaan itu, saya pun…. hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya…cekik lehernya sampai…mati,” cerita wanita itu sambil menangis sekuat-kuat hati.

Mata Nabi Musa berapi-api dan dengan muka yang berang, dia mengherdik, “Perempuan jahat, nyah kamu dari sini! Supaya seksa Allah tidak jatuh ke dalam rumahku kerana perbuatanmu. Pergi!” teriak Nabi Musa sambil memalingkan muka kerana jijik.

Mendengar herdikan itu, wanita itu pun segera bangun dan berlalu dengan hati yang hancur luluh. Ketika keluar dari rumah Nabi Musa, ratapannya amat memilukan. Dia terfikir ke mana lagi dia hendak mengadu kerana apabila seorang Nabi sudah menolaknya, bagaimana pula manusia lain bakal menerimanya? Terbayang betapa besar dosanya dan jahat perbuatannya.

Tetapi dia tidak tahu bahawa sepeninggalannya, Malaikat Jibril turun berjumpa Nabi Musa. Lalu Jibril bertanya: “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak bertaubat dari dosanya? Tidakkah engkau tahu ada dosa yang lebih besar daripadanya?”

Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita penzina dan pembunuh itu?” tanya Nabi Musa kepada Jibril. “Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang nista itu?” “Ada,” jawab Jibril dengan tegas. “Dosa apakah itu?” tanya Nabi Musa lagi. “Orang yang meninggalkan solat dengan sengaja dan tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada seribu kali berzina.”

Mendengar penjelasan itu, Nabi Musa kemudian memanggil wanita itu untuk menghadapnya semula. Dia mengangkat tangan dengan khusyuk untuk memohon ampunan kepada Allah S.W.T untuk wanita itu.

Nabi Musa menyedari, orang yang meninggalkan sembahyang dengan sengaja dan tanpa penyesalan adalah sama saja seperti berpendapat bahawa sembahyang itu tidak wajib dan tidak perlu ke atas dirinya. Bererti, dia seakan-akan menganggap remeh perintah Allah, bahkan seolah-olah menganggap Allah tiada hak untuk mengatur dan memerintah hambaNya.

Sedangkan orang yang bertaubat dan menyesali dosanya dengan bersungguh-sungguh bererti masih mempunyai iman di dalam dada, yakin bahawa Allah S.W.T itu ada dan berada di jalan ketaatan kepadaNya. Itulah sebabnya Allah pasti mahu menerima taubatnya.....Subhanallah

Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang...Allahhu Akbar

Hamba Allah terkenal namanya dilangit....

Assalamualaikum wbt....

Bertemu lagi kita pada kali ni dan suka aku nak berkongsi cerita dgn rakan2 pembaca yang dirahmati Allah sebuah cerita tentang manusia yg zuhud dan tidak dikenali oleh manusia pun tetapi namanya sangat terkenal di langit sana. Jom kita sama2 baca cerita ini siapakah dia manusia hebat itu..

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, ada seorang pemuda bermata biru,
rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup sederhana,
kulitnya gelap, dagunya menempel di dada selalu melihat pada
tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, ahli
membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya dua helai sudah kusut
yang satu untuk penutup badan dan yang satunya untuk selendangan,
tiada orang yang menghiraukan, tak dikenal oleh penduduk bumi akan
tetapi sangat terkenal di langit.

Dia, jika bersumpah demi Allah pasti terkabul. Pada hari kiamat nanti
ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru
dipanggil agar berhenti dahulu dan disuruh memberi syafa’at, ternyata
Allah memberi izin dia untuk memberi syafa’at sejumlah qobilah Robi’ah
dan qobilah Mudhor, semua dimasukkan surga tak ada yang ketinggalan
karenanya.

Dia adalah “Uwais al-Qarni”. Ia tak dikenal banyak orang
dan juga miskin, banyak orang suka menertawakan, mengolok-olok, dan
menuduhnya sebagai  tukang mencuri serta berbagai
macam umpatan dan penghinaan lainnya.



Seorang fuqoha’ negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya,
memberinya hadiah dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik,
karena hadiah pakaian tadi diterima lalu dikembalikan lagi olehnya
seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebahagian orang menuduh aku, dari
mana kamu dapatkan pakaian itu, kalau tidak dari mengemis pasti dari
mencuri”.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak saudara
kecuali hanya ibunya yang telah tua lemah dan lumpuh. Hanya
penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya
sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang
diterimanya hanya cukup untuk sekedar menampung kesehariannya bersama
Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya
yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala  dan merawat ibunya yang lumpuh
dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan
puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar
seruan Nabi Muhammad SAW. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk
menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya.
Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.

Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati
Uwais, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera
memeluknya, karena selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya
kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke
Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad SAW secara langsung.
Sekembalinya di Yaman, mereka memperbarui rumah tangga mereka dengan
cara kehidupan Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais setiap melihat tetangganya yang baru
datang dari Madinah. Mereka itu telah “bertamu dan bertemu” dengan
kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang ia sendiri belum.
Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk
bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang
cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu
yang jika ia pergi, tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah SAW mendapat cedera
dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini
akhirnya terdengar oleh Uwais. Ia segera memukul giginya dengan batu
hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada
beliau SAW, sekalipun ia belum pernah melihatnya. Hari berganti dan
musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk
bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya
dalam hati, bilakah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah
beliau dari dekat ? Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat
memerlukannya  dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya
selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.

Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya, mengeluarkan isi
hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi
menziarahi Nabi SAW di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa
terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau memaklumi perasaan
Uwais, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi di
rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa
menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan
kepada jirannya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Sesudah meminta izin sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak kurang lebih empat ratus kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan
begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari,
semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi SAW yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi SAW, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah r.a., sambil menjawab salam Uwais. Segera saja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata beliau SAW tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi SAW dari medan perang. Tapi, kapankah beliau pulang ? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan kesakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas
pulang”.

Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah
mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa
dengan Nabi SAW. Ia akhirnya dengan terpaksa mohon izin kepada
sayyidatina ‘Aisyah r.a. untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya
menitipkan salamnya untuk Nabi SAW dan melangkah pulang dengan
perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi SAW langsung menanyakan tentang
kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit). Mendengar perkataan baginda
Rosulullah SAW, sayyidatina ‘Aisyah r.a. dan para sahabatnya tertegun.
Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah r.a., memang benar ada yang
mencari Nabi SAW dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya
sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan
ibunya terlalu lama.

Rosulullah SAW bersabda : “Kalau kalian ingin
berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai
tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya.” Sesudah itu beliau
SAW, memandang kepada sayyidina Ali k.w. dan sayyidina Umar r.a. dan
bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah
do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni
bumi”. nabi saw juga berkata kepada Aisyah “sesungguhnya engkau akan masuk ke dalam syurga hanya kerana memandang belakangnya”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi SAW wafat, hingga
kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. telah di estafetkan
Khalifah Umar r.a. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda
Nabi SAW. tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera
mengingatkan kepada sayyidina Ali k.w. untuk mencarinya bersama. Sejak
itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu
menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka.
Diantara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya
yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh beliau berdua. Rombongan
kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan
mereka.

Suatu ketika, Uwais al-Qorni turut bersama rombongan kafilah menuju
kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman,
segera khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. mendatangi mereka dan
menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka. Rombongan itu mengatakan bahwa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada,
Khalifah Umar r.a. dan sayyidina Ali k.w. memberi salam. Namun rupanya
Uwais sedang melaksanakan sholat.

Setelah mengakhiri shalatnya, Uwaismenjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Sewaktu
berjabatan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untuk
membuktikan kebenaran tanda putih yang berada ditelapak tangan Uwais,
sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi SAW. Memang benar !
Dia penghuni langit. Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,
siapakah nama saudara ? “Abdullah”, jawab Uwais. Mendengar jawaban
itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan : “Kami juga Abdullah,
yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?” Uwais
kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Dalam pembicaraanmereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia. Itulah
sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat
itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali  memohon agar Uwais berkenan
mendo’akan untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah:
“Sayalah yang harus meminta do’a kepada kalian”. Mendengar perkataan
Uwais, Khalifah berkata: “Kami datang ke sini untuk mohon do’a dan
istighfar dari anda”. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni
akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar.
Setelah itu Khalifah Umar r.a. berjanji untuk menyumbangkan wang
negara dari Baitul Mal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera
saja Uwais menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon supaya
hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya,
biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi”.

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam tak terdengar
beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh
Uwais , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab
bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus
dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami
sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin
berat.

Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan
selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami
memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di
atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu. “Wahai
waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh. Lalu
kami berseru lagi,” Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah,
tolonglah kami!”Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang
terjadi ?” “Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan
dihantam ombak ?”tanya kami. “Dekatkanlah diri kalian pada Allah !
“katanya. “Kami telah melakukannya.” “Keluarlah kalian dari kapal
dengan membaca bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal
satu persatu dan berkumpul di dekat itu.

Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam,
sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut. Lalu
orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban
asalkan kalian semua selamat”. “Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah
nama Tuan ? “Tanya kami. “Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.
Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di
kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim
oleh orang Mesir.” “Jika Allah mengembalikan harta kalian.

Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?”
tanyanya.”Ya,”jawab kami. Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat
di atas air, lalu berdo’a. Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam,
tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya
dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan
seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang
tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah
pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan
tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan
ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada
orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika
orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada
orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan
dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan
untuk mengusungnya. Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,
“ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari
mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat
penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah
tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah
orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa
pemerintahan sayyidina Umar r.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman.
Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya
orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan
pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan
orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan
ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap
melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.
Mereka saling bertanya-tanya : “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais
al-Qorni ? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang
tak memiliki apa-apa, yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba
dan unta ? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan
penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah
kami kenal.

Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya
mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk
mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman
mengetahuinya siapa “Uwais al-Qorni” ternyata ia tak terkenal di bumi
tapi terkenal di langit.

wallahu'alam......



sumber;
ustazahazimah.amirhakimi.com

Cintai Allah Dan Rasulullah SAW ( Salam Maulidur Rasul )


 ASSALAMMUALAIKUM........


Sudah menjadi fitrah alam, setiap mukmin memilih untuk mencintai Allah dan Rasul. Untuk itu mereka sanggup berkorban dan melakukan apa sahaja demi membuktikan kecintaan kepada Allah dan juga mereka sanggup bermusuh dengan sesiapa sahaja yang menghalang cintanya kepada Allah. Cinta Allah- cinta kudus yang dianugerahkan kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Allah akan membalas cinta kita tanpa kita sedari dan pinta. Allah SWT berfirman yang maksudnya: 
"Katakanlah, 'Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, nescaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu'. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Ali Imran: 31)
 

Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:  
"Tidaklah beriman (secara sempurna) salah seorang dari kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada orangtuanya, anaknya dan segenap manusia." (HR. Al-Bukhari)
 

Ayat di atas menunjukkan bahawa kecintaan kepada Allah adalah dengan mengikuti apa yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Mentaati apa yang beliau perintahkan dan meninggalkan apa yang beliau larang, menurut hadis-hadis shahih yang beliau jelaskan kepada umat manusia. Tidaklah kecintaan itu dengan banyak bicara dengan tanpa mengamalkan petunjuk, perintah dan sunnah-sunnah beliau. Adapun hadis shahih di atas, ia mengandungi pengertian bahawa iman seseorang muslim tidak sempurna, sehingga ia mencintai Rasulullah SAW melebihi kecintaannya terhadap anak, orang tua dan segenap manusia, bahkan –sebagaimana ditegaskan dalam hadis lain– hingga melebihi kecintaannya terhadap dirinya sendiri.
 

Nabi SAW bersabda :
"Tiga perkara, sesiapa memilikinya akan merasai kemanisan iman : Hendaklah Allah dan Rasul itu paling dicintai kepadanya berbanding yang lain. (kedua) Hendaklah dia menyayangi seseorang, tidak menyayanginya melainkan kerana Allah. (ketiga) Hendaklah dia membenci untuk kembali kufur, sepertimana bencinya dia dilemparkan ke neraka."
( Imam Bukhari, Shahih Bukhari, cet. ke 3, Darul Ibnu Kathir, Beirut, tahqiq Dr Mustafa Dib al Bugho, bah. 1, ms 14, hadis no. 16 )
 

Dari hadis Nabi diatas kita dapat simpulkan bahawa cinta yang mula-mula ialah cintakan Allah dan Rasulnya. Orang yang beriman tidak akan melebihkan cintanya kepada makhluk lebih dari cintanya kepada Allah. Adalah tidak adil bagi kita selaku hambanya untuk mencintai manusia melainkan dengan cinta kepada Allah dan RasulNya. Cinta kepada Allah lah penawar ketika hambaNya kesusahan kerana Allah itu Maha Suci yang membantu hambaNya ketika senang dan susah.

Allah berfirman di dalam Al-Quran: Katakanlah, 

"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". Katakanlah, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir". (QS. 3:31-32)
 

Sesiapa yang mencintai Allah dan mencintai Rasulnya dengan mengamalkan sunnah Rasulnya, maka rahmatNya ialah syurga yang luas menanti hamba2Nya...Subhanallah

Berkorban demi Cintakan Allah dan Rasul;

Dalam usaha ke arah taqwa, orang Mukmin digalakkan berkorban pada jalan Allah atau disebut Infak fisabilillah. Berkorban pada jalan Allah mengikut pengertian syariat ialah berbelanja apa yang ada ke jalan yang diredhai oleh Allah SWT atau berkorban berhabis-habisan apa yang ada, sama ada harta, wang ringgit, tenaga, masa, fikiran hatta nyawa sekalipun semata-mata untuk Allah.
 

Firman Allah SWT dalam Hadis Qudsi melalui Rasulullah SAW: 
“Apabila seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal maka Aku mendekatkan diri kepadanya sehasta. Dan barangsiapa yang mendekatkan diri kepada-Ku sehasta maka aku mendekatkan diri-Ku kepadanya sedepa. Kalau hamba-Ku datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku datang kepadanya dengan berlari.” (Riwayat Bukhari dari Anas)




Alangkah kasih dan sayangnya Allah kerana cintanya itu sudah berbalas melalui pengorbanan hamba-hamba-Nya tadi. Sehingga Allah berjanji dengan pengorbanan itu seperti yang disebut dalam Al Quran:

“Perumpamaan mereka yang membelanjakan harta mereka pada jalan Allah laksana satu biji yang membuahkan tujuh tangkai. Setiap tangkai mempunyai 100 biji. Allah menggandakan (ganjaran) kepada siapa yang dikehendaki-Nya.” (Al Baqarah: 261)
 

Maksudnya, Allah memberitahu setiap pengorbanan yang dilakukan oleh hamba-Nya itu, Allah bayar dengan 700 kali ganda. Bahkan sampai peringkat berlipat kali ganda lagi daripada ukuran tadi kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya.
 

Firman-Nya lagi: 
“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan Syurga untuk mereka. Mereka berkorban untuk jalan Allah, lalu mereka membunuh dan terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu dan itulah kemenangan yang besar.” (At Taubah: 111)

Dalam firman-Nya yang lain, Allah menyeru

“Wahai mereka-mereka yang beriman, mahukah kamu Aku tunjukkan satu perniagaan yang dapat melepaskan kamu daripada azab yang pedih? Iaitu hendaklah kamu beriman dengan Allah dan Rasul-Nya. Dan berjuang pada jalan Allah dengan harta dan jiwa raga kamu. Itulah yang paling baik jika kamu orang yang mengetahui.” (As Saf: 10-11)

Dalam firmanNya yang lain, Allah memberitahu: 

“Tidaklah sama antara mukmin yang tidak berjihad yang tidak ada mempunyai keuzuran dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang yang berjihad dengan harta dan jiwa mereka atas orang yang duduk (tidak berjihad) satu darjat. Kepada masing-masing Allah menjanjikan pahala yang baik (Syurga) dan Allah melebihkan orang yang berjihad atas orang yang duduk (tidak berjihad) dengan pahala yang besar.” (An Nisaa’: 95)
 

Di sini dapat difahami bahawa kesan daripada cinta Allah dan Rasulullah serta cintakan hari Akhirat, jadi pendorong kepada seseorang itu sanggup berkorban hingga dapat membangunkan kemajuan dan tamadun Islam. Kalau cinta kepada Allah dan Rasul tidak mendalam atau langsung tidak ada, maka seseorang itu tidak akan sanggup berkorban berhabis-habisan.
 

Rancanglah segala aktiviti kehidupan kita dengan sempurna dan dalamilah ilmu sebanyak mungkin seperti menghadiri majlis-majlis ilmu agama. Janganlah dilepaskan ‘hidangan taman-taman syurga dunia’ sebagaimana yang telah dijanjikan Allah SWT untuk makhluknya yang taat.

Bukankah ia memberi 1001 manfaat kepada diri kita. Perbanyakkanlah berzikir dan beristighfar memuji kebesaran-Nya, tanda kita mencintai Allah. Sesungguhnya, rawatan hati ini amat penting bagi kita yang bergelar syabab kerana tika inilah nafsu kita teruji. Nafsu ibarat raja bagi hati. Kalau ikut kata hati, binasalah badan. Kalau ikut kata iman, selamatlah jiwa.
 

Sebagai bukti cinta kepada Rasulullah, selalulah beramal dengan berselawat ke atas Rasululullah S.A.W sedangkan Rasulullah sendiri ketika di saat-saat menghembuskan nafas terakhir, baginda masih sempat lagi melafazkan “umatku.. umatku.. umatku”. Betapa begitu tinggi kasih dan cinta yang ditunjukkan kepada umat baginda. Persoalannya, apakah tindakan kita,umat baginda untuk membalas cinta Rasulullah S.A.W ini?
 

Allah Swt berfirman yang maksudnya: 
"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Al-Ahzab: 56)
 

Ibnu Abbas berkata, "Bershalawat ertinya mendoakan supaya diberkati."
 

Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya:  
"Jika kalian mendengar muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang ia ucapkan, kemudian bershalawatlah untukku. Kerana sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat untukku satu kali, Allah akan bershalawat untuknya sepuluh kali. Kemudian mohonkanlah kepada Allah wasilah untukku. Sesungguhnya ia adalah suatu tempat (darjat) di Syurga. Ia tidak lebih kecuali untuk seorang hamba dari hamba-hamba Allah. Aku berharap bahawa hamba itu adalah aku. Barangsiapa memintakan wasilah untukku, maka ia berhak menerima syafaatku." (HR. Muslim)
 

Membaca shalawat atas Nabi ketika berdoa, sangat dianjurkan. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: 
"Setiap doa akan terhalang, sehingga disertai bacaan shalawat untuk Nabi SAW." 
(HR. AI-Baihaqi, hadis hasan)

Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya: 

"Sesungguhnya Allah memiliki malaikat yang berpetualang di bumi, mereka menyampaikan kepadaku salam dari umatku." (HR Ahmad, hadis shahih)




Berselawat untuk Nabi SAW sangat dianjurkan, terutama pada hari Jumaat. Dan ia termasuk amalan yang paling utama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Bertawassul dengan shalawat ketika berdoa adalah dianjurkan. Sebab ia termasuk amal soleh. Kerana itu, sebaiknya kita mengucapkan, "Ya Allah, dengan selawatku untuk Nabimu, bukakanlah dariku kesusahanku... Semoga Allah melimpahkan berkah dan keselamatan untuk Muhammad dan keluarganya."

 

Sempena Maulidur Rasul pada kali ini marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT dan kecintaan kita terhadap Allah SWT dan Rasulullah SAW dan sunnahnya agar hidup kita penuh dengan keimanan dan menerima ganjaran pahala yang besar diakhirat kelak.
 

Dari Abu Hurairah r.a dari Nabi s.a.w, baginda bersabda:”Allah berfirman: 
”Aku telah menyediakan untuk hamba-Ku yang soleh, apa yang belum pernah mata melihat, belum pernh telinga mendengar dan belum pernah teringat (terlintas) dalam hati manusia.” (Bukhari)


Subhanallah...alhamdulillah...lailahaillallah...allahhuakbar...


Allahhumma..soli'ala Muhammad......